Powered By Blogger

Translate

Total Pageviews

Saturday, July 22, 2017

Artikel bebas: Dinamika Umat Islam di Indonesia Oleh: Vijay Asyfa Betay Seer

Dinamika Umat Islam di Indonesia
Oleh: Vijay Asyfa Betay Seer
Umat Islam Indonesia penuh dengan dinamika. Ada yang dengan tegas mengatakan harus kembali pada al-Qur’an dan Sunnah, tapi malah menelan mentah-mentah begitu saja tanpa mencernanya, ibarat makan nasi, langsung telan tanpa mengunyahnya telebih dahulu. Disisi lain, ada yang mengatakan bahwa dua pilar dasar Islam adalah al-Qur’an dan Sunnah, keduanya bersifat umum dan berlaku hanya pada masing-masing waktu dan tempat, namun dirumuskan dengan teori-teori yang kompleks, sampai-sampai terlewat batas tidak terkendali dan lupa akan hakekat pokok untuk kembali pada al-Qur’an dan Sunnah. Ada juga yang mengatakan bahwa al-Qur’an dan Sunnah adalah landasan dasar bagi umat Islam jika ingin berislam secara sempurna. namun dengan memahami seenaknya saja tanpa landasan berfikir yang jelas, sampai lupa mempertimbangkan mana yang wajib, sunnah, makruh, mubah, subhat, dan haram. Ada juga yang sibuk memikirkan siapa musuh Islam dan siap untuk menggempur musuh dengan niatan jihad dijalan Allah, sampai-sampai lupa bahwa ada kekacauan didalam umat Islam yang harus diselesaikan agar umat bisa bersatu, juga lupa bahwa didalam dirinya ada musuh yang sangat kuat yang harus dikalahkan bernama hawa nafsu. Ada pula yang sibuk berkata toleransi harus ditegakkan antar umat beragama namun disisi lain tidak menghargai dan mentolerir perbedaan yang terjadi di kalangan umat Islam. lain dengan diatas, ada pula umat Islam yang sibuk mencari kelemahan Muslim lainnya karena berbeda pendapat, organisasi, dan perbedaan lainnya sehingga menyerang satu sama lain, tanpa sadar ada musuh yang sedang mengintai. Perbedaan pendapat adalah hal biasa dalam umat, yang luar biasa adalah menyatukan pendapat itu atau paling tidak memaklumi dan menghargai pendapat yang berbeda dari dirinya.
Manusia diberi kebebasan oleh Allah untuk memilih jalan mana yang akan ditempuh, serta perilaku apa yang ingin dikerjakan. Allah juga telah memberi petunjuk bagi manusia untuk membedakan mana yang seharusnya dijalankan dan mana yang seharusnya ditinggalkan. Kebebasan ini ada karena manusia dibekali akal, hati dan hawa nafsu oleh Tuhan. Apakah bekal ini akan menjadi senjata bagi manusia untuk menjadi manusia dan memanusiakan manusia atau malah menjadi bumerang bagi manusia sehingga dia lupa bahwa dirinya adalah manusia. Memang sangat wajar manusia melakukan kesalahan dalam hidupnya dan salah dalam berpandangan terhadap sesuatu. Namun manusia adalah makhluk berakal serta mempunyai hati yang setiap saat bisa saja berubah dan hijrah dari keburukan menuju kebajikan. Dalam al-Qur’an disebutkan bahwa manusia harus menjadi orang yang pemaaf namun disisi lain ada beberapa manusia yang hatinya telah ditutup oleh Allah dari menerima kebenaran. Mana yang benar? Atau mana jalan tengah untuk keduanya? Manusia harus memikirkan apa yang akan dia lakukan dengan akalnya dan bertanya pada hati nuraninya. Manusia tanpa wahyu sudah bisa berlaku bijak hanya dengan bertanya kepada hatinya, dan hatinya pun sudah tahu ada Tuhan yang menciptakan alam semesta ini. Peran wahyu selain menjadi pembeda mana yang benar dan salah serta mana yang tepat dan tidak tepat, juga sebagai petunjuk bagi manusia bagaimana caranya untuk sampai kepada Tuhan dengan selamat dan cara untuk beriman, beribadah, dan menyembah dengan cara yang tepat untuk dilakukan.
Manusia bukanlah Tuhan, Tuhan-pun bukanlah manusia. Dewasa ini, terjadi keterbolak-balikkan mengerti peran masing-masing, kesalahan memahami antara hak dan kewajiban bagi Tuhan dan manusia. Manusia yang mengatas namakan Tuhan mengacungkan senjatanya serta menggunakan dan menghakimi manusia lain seolah dia Tuhan, masuk neraka dan surga seseorang ada pada keputusan mereka tanpa mengingat bahwa itu semua adalah hak prerogatif Tuhan bagi makhluknya. Banyak yang salah dalam mengerti, memahami, serta mengingat apa yang menjadi hak dan kewajiban bagi manusia atas Tuhan, serta hak dan ke-Iradat-an Tuhan atas manusia. Manusia mempunyai hak kepada Tuhannya untuk meminta (berdo’a), memohon, mengharap, meminta ampun serta lainnya kepada Allah dan berkewajiban untuk beriman dan bertaqwa pada Allah. Sedangkan Allah mempunyai hak untuk disembah dan di-imani oleh manusia serta akan mengabulkan do’a-do’a hamba-Nya atas kehendak-Nya.
Umat Islam di Indonesia sedang dilanda kegalauan atas tercampurnya Islam dengan politik yang melibatkan pada elit politik di Indonesia. Ideologi-Ideologi Islam yang ekstrimis selalu disudutkan. Ulama-Ulama yang menjadikan agama sebagai senjata dan tameng untuk berpolitik, serta alat untuk mencari massa pendukungnya, seringkali dibuat pusing oleh jebakan yang dibuat politisi demi “melengserkan” serta menyingirkan ulama yang demikian. Umat Islam yang moderat untuk sementara ini aman dan nyaman saja. Tanpa harus risau memikirkan politik yang sedang terjadi di Indonesia. Sebenarnya apakah berpolitik memang harus dibedakan dengan agama atau memang politik bagi umat Islam tidak bisa dipisahkan dengan agama? Lalu bagaimana seorang politisi Muslim dapat terhindar dari dosa jika ingin sebanding dengan politisi lain yang banyak melakukan kelicikian dan kekejian serta kata munafik dan khianat adalah kata yang sering didengar sehari-hari.



artikel bebas: MENGKHIANATI DIRI SENDIRI Oleh: Vijay Asyfa Betay Seer

MENGKHIANATI DIRI SENDIRI
Oleh: Vijay Asyfa Betay Seer

Seseorang akan merasa kecewa ketika kenyataan yang dihadapi ternyata berbanding terbalik dengan ekspetasi (harapan) yang sudah dibangun sebelumnya. Zaman modern ini, manusia terjebak pada sifat “instan” dimana tanpa usaha keras dan proses yang berliku dapat meraih apa yang diinginkan. Dengan kata lain, ingin hasil tapi tidak mau berproses. Sifat instan inilah yang menimbulkan berbagai masalah kompleks yang menyerang watak manusia dewasa ini. Masalah yang timbul dari sifat instan seperti materialistik, hedonis, unprinciple, dan lainnya. Materialistik adalah sifat dimana manusia ber-anggapan bahwa segala sesuatu bisa diselesaikan dengan uang. Hedonis adalah dimana manusia ter-hegemoni oleh dunia yang bersifat temporal, kesenangan sementara, kepuasan sesaat yang timbul karena sifat materialistik. Sedangkan unprincile adalah posisi dimana seorang individu kehilangan prinsip dan mudah terlarut dalam kegagalan, hal ini mencegah mereka untuk bersifat produktif.
Seseorang yang sudah terbiasa dengan sifat “instan” menjadikan mereka buta akan proses yang bersifat wajib pada setiap hasil yang ingin dicapai. Implikasinya adalah individu akan menjadi rentan kecewa, sedih, dan pedih yang berlarut. Mereka dibutakan oleh hasil semu yang diperoleh tanpa proses, sehingga saat mereka dihadapkan pada problem yang tak terduga ketika mereka menginginkan sesuatu, menghadapi problem itu dengan penuh keputus-asaan, terpuruk, dan jatuh tanpa mencoba bangkit lagi, mereka cenderung beralih dari hasil yang diharapkan pada tujuan awal kepada tujuan lain tanpa berusaha untuk meraih tujuan awal, akibatnya sangat fatal jika mereka melakukan hal serupa pada setiap tujuan yang ingin mereka capai. Sifat instan ini merupakan salah satu fenomena pengkhianatan terhadap diri sendiri tanpa disadari banyak orang.
Pengkhianatan kerap kali terjadi ketika kita merasa dibohongi oleh orang lain, atau apa yang dikatakan oleh pengkhianat di depan kita berbeda dengan kenyataan. Dalam pengertian lain, pengkhianat adalah orang yang tidak menepati janji, atau jika diberi amanat tidak dijaga, dan masih banyak lagi pengertian khianat dari perspektif masing-masing. Semakin dekat hubungan seseorang dengan penghianat, maka akan semakin pedih yang dirasakan oleh orang yang dikhianati, seperti hubungan teman, sahabat, atau bahkan pasangan. Usaha yang bijaksana agar tidak mudah dikhianati adalah selalu berusaha untuk tidak berkhianat kepada orang lain. Mengapa dikatakan “berusaha tidak khianat” bukan “tidak/jangan berkhianat?”, karena terkadang kita tidak merasa bahwa kita telah berkhianat atau bahkan kita dianggap pengkhianat oleh orang lain setelah kita melakukan kesalahan tanpa disadari.
Dalam Islam, khianat adalah salah satu tanda orang munafik. Yaitu jika diberi amanat dia mengkhianati. Amanat atau kepercayaan diberikan hanya kepada orang terpercaya, untuk menghindari pengkhianatan, maka sebaiknya berikanlah amanat kepada orang terpercaya yang memiliki tingkat kejujuran tinggi. Betapa pedih dan hancur ketika hati kita dikhianati orang yang paling kita percaya. Namun bagaimana jika yang mengkhianati adalah diri kita sendiri ?.
Maksud mengkhianati diri sendiri adalah posisi dimana kita menghindar dari masalah yang kita hadapi. Kita menipu diri sendiri seolah-olah kita baik-baik saja, padahal realitasnya kita sedang dalam kondisi kritis atas permasalahan. Mengkhianati diri sendiri adalah ketika kita sudah membuat jadwal, rencana, atau bahkan cita-cita, namun kita sendiri “malas” melewati proses untuk meraihnya, karena terbiasa menerima hasil tanpa proses, atau kita selalu melanggar prinsip yang dibuat oleh diri sendiri. Hal ini lebih menyakitkan daripada dikhianati oleh orang lain. Mengkhianati diri sendiri, berarti kita memposisikan diri kita sebagai pengkhianat dan yang dikhianati, pengkhianat adalah hal terburuk dalam ranah sosial, sedangkan dikhianati merupakan hal paling menyakitkan dari segi kepercayaan.

Cara terbaik agar tidak menjadi pengkhianat untuk diri sendiri yaitu sadar akan posisi dan keadaan yang sedang kita alami, mencoba jujur dengan diri sendiri, berusaha hidup berprinsip, dan mengakui kesalahan yang dilakukan tanpa lari dari masalah yang dihadapi. Hidup adalah pilihan, dan setiap pilihan mempunyai konsekuensi masing-masing. Impikasinya, hidup itu penuh dengan konsekuensi dan resiko, tinggal resiko mana yang akan dipilih. Jika ingin mengasihani seseorang maka kasihani dulu diri sendiri. Jika ingin menyayangi seseorang, sayangi dulu diri sendiri, dan jika tidak ingin menjadi pengkhianat, berusahalah untuk konsisten atas prinsip hidup yang kita miliki.

REVIEW BUKU REKONSTRUKSI SEJARAH AL-QUR’AN KARYA: TAUFIK ADNAN AMAL

REVIEW BUKU REKONSTRUKSI SEJARAH AL-QUR’AN


KARYA: TAUFIK ADNAN AMAL

OLEH: VIJAY ASYFA BETAY SEER




Buku ini menceritakan secara gamblang proses kodifikasi al-Qur’an pada masa Utsman. Selain itu, buku ini juga menjelaskan mushaf-mushaf pra Ustmani yang disusun  oleh para sahabat seperti Umar bin Khattab, Ubay, Ibn Abbas, dan lainnya. Dalam buku ini dipaparkan penjelasan al-Qur’an dari perspektif umat Muslim juga dari perspektif orientalis. Dalam buku ini terdapat kritik tentang otentisitas mushaf Utsmani yang menjadi pegangan umat Islam saat ini, kritik tersebut diajukan oleh orientalis kepada ulama Muslim.

Review Novel "Tentang Kamu" tere liye

Review Novel "Tentang Kamu"




Oleh: Vijay Asyfa Betay Seer






Novel yang ditulis oleh tere liye ini sangat fantastik, menceritakan seorang yang gigih dan mempunyai etos tinggi dalam bekerja. Pahitnya kehidupan dan kesialan yang terus menimpa seorang tokoh novel ini tidak membuatnya menyerah begitu saja dan selalu bangkit disetiap keterpurukan yang menimpanya. Dibalut dengan kisah seorang detektif dari firma hukum terkenal dari London membuat kisah ini menjadi semakin hidup dan asik untuk dibaca. Gaya bahasanya ringan dan mudah dicerna bagi pembaca. Alur cerita, setting tempat dan suasana yang begitu hidup membuat pembaca seperti hadir dalam kehidupan tokoh novel.
Kisah asmara tak luput masuk dalam cerita novel ini, mengisahkan seorang wanita yang tidak memikirkan sama sekali urusan jodoh sampai usianya tak terasa sudah lebih dari cukup untuk menikah. Tidak ada niatan sekali untuk mencari jodoh namun takdir berkata lain, tanpa disadari ada penumpang dari timur yang tertarik kepadanya saat dia berprofesi sebagai subir bus di London. Saling mencintai yang dirasakan oleh kedua lawan jenis itu, walau malu-malu namun akhirnya mereka menikah. namun sekali lagi, tokoh ini mempunyai nasib buruk kalau masalah keluarga, selalu saja ada cobaan yang menimpa, tapi dia selalu bangkit dan selalu tersenyum dalam menghadapi cobaan.

Sayangnya, novel ini terkadang terdapat kejanggalan pada masalah latar waktu yang terhubung dengan part lain dengan sebuah kronologi kejadian. Kekurangan lain terdapat pada ceritanya, bahwa problem ending tidak mengena pada bagian tokoh antagonis yang terlalu dipaksakan tokohnya.