Powered By Blogger

Translate

Total Pageviews

Monday, September 14, 2015

macam-macam majas bahasa Indonesia..


                                                                  
A. Majas Perbandingan
a. Personifikasi: majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat manusia atau benda hidup.
     Contoh: Coba kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
b. Metafora: majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan langsung dan tepat atas dasar sifat yang sama atau hampir sama.
     Contoh: Dewi malam telah keluar dari balik awan.
c. Eufemisme (ungkapan pelembut): majas yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun.
     Contoh: Orang itu berubah akal.
d. Sinekdoke, ada 2 (dua) macam:
     1. Pars pro toto, majas yanyatakan sebagian tetapi yang dimaksud adalah keseluruhan.
        Contoh: Sudah lima hari dia tak kelihatan batang hidungnya.
     2. Totem pro parte: majas yang melukiskan keseluruhan tetapi  dimaksud sebagian.
        Contoh: Indonesia kalah 2-1 dengan Malaysia dalam laga sepak bola.
e. Alegori: Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, berbandingan itu membentuk kesatuan yang menyeluruh.
     Contoh: Hidup ini diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan.
     Suami = nakhoda, istri = jurumudi, topan, gelombang dan batu karang = cobaan atau halangan dalam kehidupan, tanah seberang = cita-cita hidup.
f. Hiperbola: majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk menyangatkan arti.
     Contoh: Harga-harga sembako membubung tinggi seiring mendekatnya bulan puasa.
g. Simbolik: majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda lain  sebagai simbol atau perlambang.
     Contoh: Dari dulu tetap saja ia menjadi lintah darat.
h. Litotes (hiperbola negatif): majas perbandingan yang melukiskan keadaan dengan kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna merendahkan diri.
     Contoh: Maaf, kami hanya dapat menghidangkan teh dingin dan kue kampung saja.
i. Alusio: majas perbandingan dengan mempergunakan ungkapan peribahasa, atau kata-kata yang artinya diketahui umum.
     Contoh: Ah, dia itu tong kosong nyaring bunyinya.
j. Asosiasi: majas perbandingan yang memperbandingkan suatu dengan keadaan lain karena adanya persamaan sifat.
     Contoh: Wajahnya muram bagai bulan kesiangan.
k. Perifrasis: majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang digantikan itu.
     Contoh: Petang barulah dia pulang = Ketika matahari hilang di balik gunung barulah dia pulang.
l. Metonimia: majas perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi dengan benda keseluruhan.
     Contoh: Jemaah haji Indonesia menggunakan Garuda untuk sampai ke tanah suci.
m. Antonomasia: majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya.
     Contoh: Si gendut itu menyedot perhatian pemirsa.
n. Tropen: majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan dan sejajar.
     Contoh: Setiap malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.

o. Parabel: majas perbandingan dengan menggunakan perumpamaan hidup. Majas ini terkandung dalam seluruh isi karangan.
     Contoh: Kisah-kisah Mahabarata, Romeo Yuliet, Rama dan Sinta.

2. Majas Sindiran
a. Ironi: majas sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang sebenarnya dengan maksud untuk menyindir.
     Contoh: Biarlah, yang berbicara terus waktu diberi pelajaran akan jadi profesor.
b. Sinisme: gaya sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi kasar.
     Contoh: Muntah aku melihat perangaimu yang tak mau berubah.
c. Sarkasme: majas sindiran yang paling kasar serta langsung menusuk perasaan.
     Contoh: Otakmu memang otak udang.

3. Majas Penegasan  
a. Pleonasme: majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu dikatakan  lagi karena arti  kata tersebut sudah terkandung dalam kata yang diterangkan.
     Contoh: Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
b. Repetisi: majas penegasan yang dilukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
     Contoh: Cinta adalah keindahan, cinta adalah kebahagiaan, cinta adalah pengorbanan.
c. Paralelisme: majas penegasan seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Paralelisme dibagi menjadi 2 (dua):
     1. anafora: yaitu bila kata atau frase yang diulang terletak di awal kalimat.
        Contoh: Kalau‘lah diam malam yang kelam
                      Kalau’lah tenang sawang yang lapang
                      Kalau’lah lelap orang di lawang
     2. epifora: yaitu bila kata atau frase yang diulang terletak di akhir kalimat atau lirik.
        Contoh: Kalau kau mau, aku akan dtang
                      Kalau kau kehendaki, aku akan datang
                      Kalau kau minta, aku akan datang
     Di samping itu, ada penggunaan anafora dan epifora sekaligus.
       Contoh: Aku jemu pada cinta
                    Aku benci pada cinta
                                 Aku runtuh karena cinta.
d. Tautologi: majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
     Contoh: Saya khawatir serta was-was akan keselamatanmu.
e. Simetri: majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan kata,  kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.
     Contoh: Kakak berjalan tergesa-gesa, seperti orang dikejar orang gila.
f. Enumerasia: majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang dituliskan satu persatu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak jelas.
     Contoh: Angin berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.
g. Klimaks: majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak penegrtiannya.
     Contoh: anak-anak, remaja, dewasa, orang tua datang menyaksikan film Saur Sepuh.  
h. Antiklimaks: majas penegasan dengan beberapa hal berturut-turut dengan menggunaakan urutan kata-kata yang makin lama makin melemah pengertiannya.
     Contoh: Jangankan gedung, rumah, gubug pun aku tak punya.
i. Retorik: majas penegasan dengan mempergunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
     Contoh: Mana mungkin orang mati bisa hidup kembali?

j. Koreksio: majas penegasan berupa pembetulan (mengoreksi) kembali kata-kata yang salah diucapkan, baik disengaja maupun tidak.
     Contoh: Hari ini ia sakit ingatan, eh ... maaf, sakit kepala maksudku.
k. Asidenton: majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
     Contoh: Baju, sepatu, kaos kaki, dasi, topi dibelinya di toko itu.
l. Polisidenton: majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara berturut-turut dengan memakai kata penghubung.
     Contoh: Dia tidak tahu, tetapi tetap saja ditanya, akibatnya marah-marah.
m. Ekslamasio: majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
     Contoh: Amboi, indahnya pemandangan ini!
n. Praeterito: majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
     Contoh: Tidak usah  kausebut namanya, aku sudah tahu dengan siapa kamu pergi.
 o. Interupsi: majas penegasan yang mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
     Contoh: Aku, orang yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan pangkatku. 

4. Majas Pertentangan
 a. Antitesis: majas pertentangan yang melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
     Contoh: Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah ukuran nilai seorang wanita.
b. Paradoks: Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, pada hal maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
     Contoh: Hatinya sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
c. Okupasi: majas pertetangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
     Contoh: Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik karena untungnya banyak.
d. Kontradiksio intermimis: majas pertentangan yang memperlihatkan pertentangan dengan penjelasan semua.
     Contoh: Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang mengikuti kejuaraan catur nasional.
e. Oksimoron: majas yang menyatakan sesuatu yang bertentangan antarbagian-bagiannya.
     Contoh: Nuklir dapat menjadi pemusnah masal, tetapi juga dapat menyejahterakan kehidupan manusia.

5. Majas Perulangan
a. Aliterasi: majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
     Contoh: Dara damba daku, datang dari danau.
b. Antanaklasis: majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
     Contoh: Karena buah penanya yang kontroversial, Andhika menjadi buah bibir masyarakat.
c. Kiasmas: majas perulangan yang berisi perulangan dan sekaligus merupakan inversi.
     Contoh: Dalam kehidupan ini, banyak orang pintar yang mengaku bodoh dan orang bodoh merasa dirinya pintar.


    oleh : bpk. Sugiharto 

  (Ditulis ulang dari Buku Bahasa Indonesia, Strategi Sukses UAN SMA/MAN, Primagama, dll) 

1 comment:

  1. bantu klik iklan diatas, satu klik anda berarti bagi saya..thank's,,:-)

    ReplyDelete