A. Majas Perbandingan
a. Personifikasi:
majas yang melukiskan suatu benda dengan memberikan sifat-sifat manusia kepada
benda-benda mati sehingga seolah-olah mempunyai sifat manusia atau benda hidup.
Contoh: Coba
kita bertanya pada rumput yang bergoyang.
b. Metafora:
majas yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan langsung dan tepat atas
dasar sifat yang sama atau hampir sama.
Contoh: Dewi
malam telah keluar dari balik awan.
c. Eufemisme
(ungkapan pelembut): majas yang melukiskan suatu benda dengan kata-kata yang
lebih lembut untuk menggantikan kata-kata lain untuk sopan santun.
Contoh: Orang
itu berubah akal.
d. Sinekdoke,
ada 2 (dua) macam:
1. Pars
pro toto, majas yanyatakan sebagian tetapi yang dimaksud adalah
keseluruhan.
Contoh: Sudah lima hari dia tak kelihatan
batang hidungnya.
2. Totem
pro parte: majas yang melukiskan keseluruhan tetapi dimaksud sebagian.
Contoh: Indonesia kalah 2-1 dengan Malaysia
dalam laga sepak bola.
e. Alegori:
Majas perbandingan yang memperlihatkan suatu perbandingan utuh, berbandingan
itu membentuk kesatuan yang menyeluruh.
Contoh:
Hidup ini diperbandingkan dengan perahu yang tengah berlayar di lautan.
Suami
= nakhoda, istri = jurumudi, topan, gelombang dan batu karang =
cobaan atau halangan dalam kehidupan, tanah seberang = cita-cita hidup.
f. Hiperbola:
majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan mengganti peristiwa atau
tindakan sesungguhnya dengan kata-kata yang lebih hebat pengertiannya untuk
menyangatkan arti.
Contoh: Harga-harga
sembako membubung tinggi seiring mendekatnya bulan puasa.
g. Simbolik:
majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan memperbandingkan benda-benda
lain sebagai simbol atau perlambang.
Contoh: Dari
dulu tetap saja ia menjadi lintah darat.
h. Litotes
(hiperbola negatif): majas perbandingan yang melukiskan keadaan dengan
kata-kata yang berlawanan artinya dengan kenyataan yang sebenarnya guna
merendahkan diri.
Contoh: Maaf,
kami hanya dapat menghidangkan teh dingin dan kue kampung saja.
i. Alusio: majas
perbandingan dengan mempergunakan ungkapan peribahasa, atau kata-kata yang
artinya diketahui umum.
Contoh: Ah,
dia itu tong kosong nyaring bunyinya.
j. Asosiasi:
majas perbandingan yang memperbandingkan suatu dengan keadaan lain karena
adanya persamaan sifat.
Contoh: Wajahnya
muram bagai bulan kesiangan.
k. Perifrasis:
majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan menguraikan sepatah kata
menjadi serangkaian kata yang mengandung arti yang sama dengan kata yang
digantikan itu.
Contoh: Petang
barulah dia pulang = Ketika matahari hilang di balik gunung barulah dia
pulang.
l. Metonimia:
majas perbandingan yang menggunakan merk dagang atau nama barang untuk
melukiskan sesuatu yang dipergunakan atau dikerjakan sehingga kata itu berasosiasi
dengan benda keseluruhan.
Contoh:
Jemaah haji Indonesia menggunakan Garuda untuk sampai ke tanah suci.
m. Antonomasia:
majas perbandingan dengan menyebutkan nama lain terhadap seseorang berdasarkan
ciri atau sifat menonjol yang dimilikinya.
Contoh: Si
gendut itu menyedot perhatian pemirsa.
n. Tropen:
majas perbandingan yang melukiskan sesuatu dengan membandingkan suatu pekerjaan
atau perbuatan dengan kata-kata lain yang mengandung pengertian yang sejalan
dan sejajar.
Contoh: Setiap
malam ia menjual suaranya untuk nafkah anak dan istrinya.
o. Parabel:
majas perbandingan dengan menggunakan perumpamaan hidup. Majas ini terkandung dalam
seluruh isi karangan.
Contoh: Kisah-kisah
Mahabarata, Romeo Yuliet, Rama dan Sinta.
2. Majas
Sindiran
a. Ironi: majas
sindiran yang melukiskan sesuatu yang menyatakan sebaliknya dari apa yang
sebenarnya dengan maksud untuk menyindir.
Contoh:
Biarlah, yang berbicara terus waktu diberi pelajaran akan jadi profesor.
b. Sinisme:
gaya sindiran dengan menggunakan kata-kata sebaliknya seperti ironi tetapi
kasar.
Contoh: Muntah
aku melihat perangaimu yang tak mau berubah.
c. Sarkasme:
majas sindiran yang paling kasar serta langsung menusuk perasaan.
Contoh: Otakmu
memang otak udang.
3. Majas
Penegasan
a. Pleonasme:
majas penegasan yang menggunakan sepatah kata yang sebenarnya tidak perlu
dikatakan lagi karena arti kata tersebut sudah terkandung dalam kata
yang diterangkan.
Contoh:
Salju putih sudah mulai turun ke bawah.
b. Repetisi:
majas penegasan yang dilukiskan sesuatu dengan mengulang kata atau beberapa
kata berkali-kali, yang biasanya dipergunakan dalam pidato.
Contoh:
Cinta adalah keindahan, cinta adalah kebahagiaan, cinta adalah pengorbanan.
c. Paralelisme:
majas penegasan seperti repetisi tetapi dipakai dalam puisi. Paralelisme dibagi
menjadi 2 (dua):
1. anafora: yaitu bila kata atau frase
yang diulang terletak di awal kalimat.
Contoh: Kalau‘lah diam malam yang kelam
Kalau’lah tenang sawang yang lapang
Kalau’lah lelap orang di lawang
2. epifora: yaitu bila kata atau frase
yang diulang terletak di akhir kalimat atau lirik.
Contoh: Kalau kau mau, aku akan dtang
Kalau kau kehendaki, aku akan datang
Kalau kau minta, aku akan datang
Di samping
itu, ada penggunaan anafora dan epifora sekaligus.
Contoh:
Aku jemu pada cinta
Aku benci pada cinta
Aku runtuh karena cinta.
d. Tautologi:
majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan kata-kata yang sama
artinya (bersinonim) untuk mempertegas arti.
Contoh: Saya
khawatir serta was-was akan keselamatanmu.
e. Simetri:
majas penegasan yang melukiskan suatu dengan mempergunakan kata, kelompok kata atau kalimat yang diikuti oleh
kata, kelompok kata atau kalimat yang seimbang artinya dengan yang pertama.
Contoh:
Kakak berjalan tergesa-gesa, seperti orang dikejar orang gila.
f. Enumerasia:
majas penegasan yang melukiskan beberapa peristiwa membentuk satu kesatuan yang
dituliskan satu persatu supaya tiap-tiap peristiwa dalam keseluruhannya tampak
jelas.
Contoh: Angin
berhembus, laut tenang, bulan memancar lagi.
g. Klimaks:
majas penegasan dengan menyatakan beberapa hal berturut-turut dengan
menggunakan urutan kata-kata yang makin lama makin memuncak penegrtiannya.
Contoh:
anak-anak, remaja, dewasa, orang tua datang menyaksikan film Saur Sepuh.
h. Antiklimaks:
majas penegasan dengan beberapa hal berturut-turut dengan menggunaakan urutan
kata-kata yang makin lama makin melemah pengertiannya.
Contoh: Jangankan
gedung, rumah, gubug pun aku tak punya.
i. Retorik:
majas penegasan dengan mempergunakan kalimat tanya yang sebenarnya tidak
memerlukan jawaban karena sudah diketahuinya.
Contoh: Mana
mungkin orang mati bisa hidup kembali?
j. Koreksio:
majas penegasan berupa pembetulan (mengoreksi) kembali kata-kata yang salah diucapkan,
baik disengaja maupun tidak.
Contoh: Hari
ini ia sakit ingatan, eh ... maaf, sakit kepala maksudku.
k. Asidenton:
majas penegasan yang menyebutkan beberapa benda, hal atau keadaan secara
berturut-turut tanpa memakai kata penghubung.
Contoh:
Baju, sepatu, kaos kaki, dasi, topi dibelinya di toko itu.
l. Polisidenton:
majas penegasan yang menyatakan beberapa benda, orang, hal atau keadaan secara
berturut-turut dengan memakai kata penghubung.
Contoh: Dia
tidak tahu, tetapi tetap saja ditanya, akibatnya marah-marah.
m. Ekslamasio:
majas penegasan yang memakai kata-kata seru sebagai penegas.
Contoh: Amboi,
indahnya pemandangan ini!
n. Praeterito:
majas penegasan yang melukiskan sesuatu dengan menyembunyikan atau merahasiakan
sesuatu dan pembaca harus menerka apa yang disembunyikan itu.
Contoh:
Tidak usah kausebut namanya, aku sudah
tahu dengan siapa kamu pergi.
o. Interupsi: majas penegasan yang
mempergunakan kata-kata atau bagian kalimat yang disisipkan di antara kalimat
pokok guna lebih menjelaskan dan menekankan bagian kalimat sebelumnya.
Contoh: Aku,
orang yang sepuluh tahun bekerja di sini, belum pernah dinaikkan
pangkatku.
4. Majas
Pertentangan
a. Antitesis: majas pertentangan yang
melukiskan sesuatu dengan mempergunakan kepaduan kata yang berlawanan arti.
Contoh:
Cantik atau tidak, kaya atau miskin, bukanlah ukuran nilai seorang wanita.
b. Paradoks:
Majas pertentangan yang melukiskan sesuatu seolah-olah bertentangan, pada hal
maksud sesungguhnya tidak karena objeknya berlainan.
Contoh: Hatinya
sunyi tinggal di kota Jakarta yang ramai.
c. Okupasi:
majas pertetangan yang melukiskan sesuatu dengan bantahan, tetapi kemudian
diberi penjelasan atau diakhiri dengan kesimpulan.
Contoh:
Merokok itu merusak kesehatan, akan tetapi si perokok tak dapat menghentikan
kebiasaannya. Maka muncullah pabrik-pabrik karena untungnya banyak.
d. Kontradiksio
intermimis: majas pertentangan yang memperlihatkan pertentangan dengan
penjelasan semua.
Contoh:
Semua murid kelas ini hadir, kecuali si Hasan yang sedang mengikuti kejuaraan
catur nasional.
e. Oksimoron:
majas yang menyatakan sesuatu yang bertentangan antarbagian-bagiannya.
Contoh:
Nuklir dapat menjadi pemusnah masal, tetapi juga dapat menyejahterakan
kehidupan manusia.
5. Majas Perulangan
a. Aliterasi:
majas yang memanfaatkan kata-kata yang permulaannya sama bunyinya.
Contoh: Dara
damba daku, datang dari danau.
b. Antanaklasis:
majas yang mengandung ulangan kata yang sama dengan makna yang berbeda.
Contoh:
Karena buah penanya yang kontroversial, Andhika menjadi buah bibir masyarakat.
c. Kiasmas:
majas perulangan yang berisi perulangan dan sekaligus merupakan inversi.
Contoh: Dalam
kehidupan ini, banyak orang pintar yang mengaku bodoh dan orang bodoh merasa
dirinya pintar.
oleh : bpk. Sugiharto
(Ditulis ulang dari Buku Bahasa Indonesia,
Strategi Sukses UAN SMA/MAN, Primagama, dll)
bantu klik iklan diatas, satu klik anda berarti bagi saya..thank's,,:-)
ReplyDelete