DALIL BERTAUHID DALAM
AL-HADIST
Hadis
dari ibnu umar (hlm 129) yang artinya:
“Ibnu
umar berkata: aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Islam dibangun atas 5 hal
yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah,
menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan, dan hajji ke
Baitullah.”(HR.Bukhari dan Muslim).
Dari hadis ini sudah kita
ketahui bahwa tauhid diutamakan dari pada ibadah, kenapa bisa demikian karena
ketika kita perhatikan runtutan penyebutan 5 hal tersebut maka kita mendapati
syahadat diurutan pertama yang- menandakan betapa pentingnya tauhid. Jika
diibaratkan tauhid merupakan syarat ujian sedangkan ibadah lainnya adalah
pelaksanaan ujian, ketika persyaratan terpenuhi maka dapat melaksanakan ujian,
kalaupun memaksakan mengikuti ujian maka percuma saja nilai tidak akan keluar
atau jika memenuhi persyaratan tapi tidak melaksanakan ujian maka nilai pun
tidak ada. Jadi tauhid merupakan dasar dan ibadah lainya adalah bentuk
pengaplikasiannya.
Bukti
pendukungnya adalah do`a Nabi Ibrahim dalam surat As-syu`aro ayat 83 dimana
beliau mendahulukan meminta supaya di karuniakan hikmah kemudian baru
dimasukkan kedalam golongan orang orang yang sholeh, ini menunjukkan bahwa
pentingnya ma`rifat kepada Sang Khaliq. Bukti lainnya adalah Firman Allah dalam
surat muhammad ayat 19:
فَاعْلَمْ
أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ
وَالْمُؤْمِنَاتُ
“Ketahuilah
( ya Muhammad ) sesungguhnya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah,
&mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa) orang-orang mukmin,
laki-laki dan perempuan.” ( Muhammad : 19 )
Disitu
jelas Allah mendahulukan kalimat tauhid yang kemudian disusul perintah memohon
ampun baik kepada diri sendiri maupun kepada yang orang mukmin lainya.
Hadis
dari mu`adz bin jabal (hlm. 165) yang artinya:
“Barang
siapa yang akhir ucapannya La-ila-ha illallah, akan masuk surga” .
Dan
diriwayatkan dalam Ash-Shahih, bahwa Nabi SAW bersabda :
“
Barangsiapa mengucapkan “Laa Ilaha Illallah” dan mengingkari sesembahan selain
Allah, maka haramlah harta dan darahnya. Sedang hisab (perhitungan)nya adalah
terserah kepada Allah”.
Secara sekilas 2 hadis tersebut menunjukkan betapa mudahnya
seseorang masuk surga dan dijamin keamanannya, meski tanpa beribadah orang yang
di akhir hayatnya digolongkan sebagai ahli surga. Namun tidak sepantasnya kita
berfikir sedangkal itu, 2 hadis diatas juga tidak menyatakan bahwa orang yang
telah mengucapkan kalimat la-ila-ha illallah serta merta terbebas dari siksa
api neraka, bukankah masih ada penghisaban di akhirat nanti dimana amal akan
dihitung. Bolehlah kita katakan bahwa dosa kepada Allah akan diampuni, tapi
dosa terhadap sesama manusia belum tentu terampuni karena harus dimaafkan atau
di bayar kepada orang yang bersangkutan. Diatas disebutkan terjamin atau
mendapat perlindungan berupan haram darahnya, maksudnya adalah barangsiapa yang
mengucap kalimat tahlil tahlil tersebut dengan merealisasikannya kepada
kehidupan dan dengan sungguh bertauhid kepada Allah secara murni.
Dari
Jabir RA bahwa Rosulullah SAW bersabda,
“
Barangsiapa menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya
sedikitpun, pasti masuk surga. Akan tetapi barangsiapa menemui-Nya (mati) dalam
keadaan berbuat syirik kepada-Nya, pasti akan masuk neraka” (HR. Muslim).
Dari hadist diatas dapat diambil pengertian larangan
menyekutukan Allah, membuat persamaan bagi Allah dalam segala hal, larangan ini
bersifat sangat jelas dan tegas, Allah dalam larangan-Nya juga memberi imbalan
yang menjanjikan bahwa dengan keimanan yang tanpa musyrik akan masuk surga,
juga sebaliknya, sungguh besar nikmat yang Allah berikan dan sungguh pedih
siksa yang Allah janjikan.
Diriwayatkan
dari Abu Bakrah RA, dia berkata, bahwa Rosul SAW bersabda,
“
Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar?” kami menjawab, “
Ya, tentu saja ya Rosulullah!” Beliau bersabda, “ berbuat syirik kepada Allah
dan durhaka kepada kedua orang tua.” Ketika itu Beliau bertumpu pada tongkatnya
kemudian duduk, lantas bersabda lagi, “Ketahuilah, demikian pula dengan
persaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ulang hal tersebut hingga kami
bergumam, “ semoga beliau berhenti (mengucapkan itu).” (HR. Bukhari dan
Muslim).
Syirik termasuk dosa besar dan syirik adalah satu-satunya
dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah, Allah akan mengampuni segala dosa
hamba-Nya (sesuai kehendak-Nya) kecuali dosa syirik, seperti Firman Allah dalam
QS. An-Nisa : 48 dan 116 :
إِنَّ
اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ
يَشَاءُ
“Sesungguhnya
Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi Dia mengampuni segala dosa
selain (syirik) itu bagi siapapun yang di kehendaki-Nya”.
No comments:
Post a Comment