Powered By Blogger

Translate

Total Pageviews

Friday, September 18, 2015

DALIL BERTAUHID DALAM AL-HADIST

DALIL BERTAUHID DALAM AL-HADIST

Hadis dari ibnu umar (hlm 129) yang artinya:

“Ibnu umar berkata: aku mendengar Rasulullah SAW. bersabda: Islam dibangun atas 5 hal yaitu bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, menegakkan sholat, mengeluarkan zakat, puasa ramadhan, dan hajji ke Baitullah.”(HR.Bukhari dan Muslim).

        Dari hadis ini sudah kita ketahui bahwa tauhid diutamakan dari pada ibadah, kenapa bisa demikian karena ketika kita perhatikan runtutan penyebutan 5 hal tersebut maka kita mendapati syahadat diurutan pertama yang- menandakan betapa pentingnya tauhid. Jika diibaratkan tauhid merupakan syarat ujian sedangkan ibadah lainnya adalah pelaksanaan ujian, ketika persyaratan terpenuhi maka dapat melaksanakan ujian, kalaupun memaksakan mengikuti ujian maka percuma saja nilai tidak akan keluar atau jika memenuhi persyaratan tapi tidak melaksanakan ujian maka nilai pun tidak ada. Jadi tauhid merupakan dasar dan ibadah lainya adalah bentuk pengaplikasiannya.
Bukti pendukungnya adalah do`a Nabi Ibrahim dalam surat As-syu`aro ayat 83 dimana beliau mendahulukan meminta supaya di karuniakan hikmah kemudian baru dimasukkan kedalam golongan orang orang yang sholeh, ini menunjukkan bahwa pentingnya ma`rifat kepada Sang Khaliq. Bukti lainnya adalah Firman Allah dalam surat muhammad ayat 19:
فَاعْلَمْ أَنَّهُ لا إِلَهَ إِلا اللَّهُ وَاسْتَغْفِرْ لِذَنْبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتُ 
“Ketahuilah ( ya Muhammad ) sesungguhnya tidak ada sembahan yang haq kecuali Allah, &mohonlah ampun bagi dosa-dosamu, dan bagi (dosa) orang-orang mukmin, laki-laki dan perempuan.” ( Muhammad : 19 )
Disitu jelas Allah mendahulukan kalimat tauhid yang kemudian disusul perintah memohon ampun baik kepada diri sendiri maupun kepada yang orang mukmin lainya.
Hadis dari mu`adz bin jabal (hlm. 165) yang artinya:
“Barang siapa yang akhir ucapannya La-ila-ha illallah, akan masuk surga” .
Dan diriwayatkan dalam Ash-Shahih, bahwa Nabi SAW bersabda :
“ Barangsiapa mengucapkan “Laa Ilaha Illallah” dan mengingkari sesembahan selain Allah, maka haramlah harta dan darahnya. Sedang hisab (perhitungan)nya adalah terserah kepada Allah”.
       Secara sekilas 2 hadis tersebut menunjukkan betapa mudahnya seseorang masuk surga dan dijamin keamanannya, meski tanpa beribadah orang yang di akhir hayatnya digolongkan sebagai ahli surga. Namun tidak sepantasnya kita berfikir sedangkal itu, 2 hadis diatas juga tidak menyatakan bahwa orang yang telah mengucapkan kalimat la-ila-ha illallah serta merta terbebas dari siksa api neraka, bukankah masih ada penghisaban di akhirat nanti dimana amal akan dihitung. Bolehlah kita katakan bahwa dosa kepada Allah akan diampuni, tapi dosa terhadap sesama manusia belum tentu terampuni karena harus dimaafkan atau di bayar kepada orang yang bersangkutan. Diatas disebutkan terjamin atau mendapat perlindungan berupan haram darahnya, maksudnya adalah barangsiapa yang mengucap kalimat tahlil tahlil tersebut dengan merealisasikannya kepada kehidupan dan dengan sungguh bertauhid kepada Allah secara murni.
Dari Jabir RA bahwa Rosulullah SAW bersabda, 
“ Barangsiapa menemui Allah (mati) dalam keadaan tidak berbuat syirik kepada-Nya sedikitpun, pasti masuk surga. Akan tetapi barangsiapa menemui-Nya (mati) dalam keadaan berbuat syirik kepada-Nya, pasti akan masuk neraka” (HR. Muslim).
       Dari hadist diatas dapat diambil pengertian larangan menyekutukan Allah, membuat persamaan bagi Allah dalam segala hal, larangan ini bersifat sangat jelas dan tegas, Allah dalam larangan-Nya juga memberi imbalan yang menjanjikan bahwa dengan keimanan yang tanpa musyrik akan masuk surga, juga sebaliknya, sungguh besar nikmat yang Allah berikan dan sungguh pedih siksa yang Allah janjikan.
Diriwayatkan dari Abu Bakrah RA, dia berkata, bahwa Rosul SAW bersabda, 
“ Maukah kalian aku beritahukan tentang dosa yang paling besar?” kami menjawab, “ Ya, tentu saja ya Rosulullah!” Beliau bersabda, “ berbuat syirik kepada Allah dan durhaka kepada kedua orang tua.” Ketika itu Beliau bertumpu pada tongkatnya kemudian duduk, lantas bersabda lagi, “Ketahuilah, demikian pula dengan persaksian palsu.” Beliau terus mengulang-ulang hal tersebut hingga kami bergumam, “ semoga beliau berhenti (mengucapkan itu).” (HR. Bukhari dan Muslim).
       Syirik termasuk dosa besar dan syirik adalah satu-satunya dosa yang tidak akan diampuni oleh Allah, Allah akan mengampuni segala dosa hamba-Nya (sesuai kehendak-Nya) kecuali dosa syirik, seperti Firman Allah dalam QS. An-Nisa : 48 dan 116 :
إِنَّ اللَّهَ لا يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, tetapi Dia mengampuni segala dosa selain (syirik) itu bagi siapapun yang di kehendaki-Nya”.


No comments:

Post a Comment